Untuk ikut menyikapi akan diterbitkannya tabloid Ppoligami, yang di mata kaum feminis--saya juga termasuk--adalah upaya pembodohan masal terhadap orang Indonesia, saya tulis ini.
Berikut adalah cuplikan wawancara antara Jurnal Perempuan dan M. Hilaly Basya (dalam Jurnal Perempuan no 31 "Menimbang Poligami", halaman 110, terbit bulan Oktober 2003)
(JP) : Isu perempuan dalam wacana Islam yang sedang mencuat adalah tentang poligami. Bagaimanakah sebetulnya teks poligami dalam Al-Qur'an?
(HB) : Teks harus selalu dikaitkan dengan konteks. Sebab teks selalu dilahirkan oleh konteksnya, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa teksnya berbunyi seperti tiu. Ayat yang bicara soal poligami dan biasanya dijadikan landasan adalah surat An-Nisa ayat 3. Di dalamnya menyinggung tentang nikahilah perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, atau empat. Tetapi kalau kamu takut tidak berlaku yang ada yaitu keadaan dimana mereka berpolimgai tanpa batas. seperti yang dilakukan para sahabat Nabi, paling banyak 10 istri. Bahkan ketika ayat itu turun, nabi sendiriistrinya sudah 11. Luar biasa, dan teks itu muncul untuk membuat sindiran kepada realitas tersebut. Maka bukan sama sekali diartikan bahwa agama menyuruh untuk poligami, tetapi yang terjadi agama sedang memotret realitas, dan kemudian sindiran itu keluar di ujung ayat tersebut yang berbunyi: "kalau kamu tidak bisa berlaku adil, ya satu saja." Bahkan kemudian di surat yang sama ayat 129 ditegaskan lagi, "kalau kamu ingin berlaku adil, kamu tidak akan bisa." Sebetulnya kata-kata ini merupakan inti sindiran yang menegaskan realitas poligami. Dari sini saya melihat poligami dalam teks sebenarnya tidak memiliki pembenaran, baik dari justifikasi maupun legitimasi teologisnya.
No comments:
Post a Comment